Entrepreneurship & Motivasi

Bodol, Botol, dan Bobol

Sep.23, 2009 in  
Ada satu pertanyaanyang menarik untuk kita simak dari seorang peserta EntrepreneurUniversity angkatan ketiga di Jakarta beberapa waktu lalu. “Kenapa sih Pak, saya tak punya keberanian dalam berbisnis. Rasanya sulit sekali. Apalagi saya cukup punya duit, keahlian dan ide bisnis. Apa mungkin saya bisa berbisnis?” ujarnya. Saya yang ditanya soal masalah yang satu ini, sambil bercanda balik bertanya.”Apakah Bapak ketika masuk kamar mandi juga harus berpikir lebih dahulu satu atau dua jam sebelumnya?”, tanya saya. Dia agak terkejut mendengarnya, pikirnya kok aneh pertanyaan saya ini. “Ah…nggak perlu saya pikir dong, pak. Masak masuk kamar mandi saya harus pikir dulu satu atau dua jam sebelumnya. Wah, Bapak ini gimana sih,” jawabnya bersemangat. Mendengar jawaban spontan itu, serentak peserta yang sebagian besar ibu rumah tangga, karyawan, pensiunan, dosen, dan bahkan ada yang bergelar master serta docktor itu tertawa lepas. “ Yah, seperti itulah, kalau kita mau bisnis, “ jawab saya singkat. ”Enggak usah terlalu dipikir-pikir.” Saya berpendapat, kenapa energi kita hanya untuk berpikir dan berpikir terus mau bisnis apa, tapi tidak ada wujudnya. Saya kira, kalau kita mau bisnis saja sudah terlalu banyak dipikir, bisa saja bisnis itu tidak akan terwujud. Padahal mungkin kita ada keinginan jadi pengusaha. Oleh karena itulah, kita harus memiliki keberanian untuk memiliki bisnis apapun yang kita inginkan. Misalnya saja, ketika kita memulai bisnis tapi menghadapi kendala tak punya modal, nggak usah bingung pakai saja jurus BODOL. Apa itu Bodol? Saya singkat dari kata”Berani, Optimis, Duit, Orang, Lain?. Maksud saya, dalam bisnis kita harus punya keberanian . Kita harus optimis. Nah, kalau enggak punya duit, kita bisa’pakai’ atau pinjam duitnya orang lain. Saya yakin, asal bisnis kita jelas, dan punya prospek bagus, pasti ada saja orang yang meminjamkan duit atau modal pada kita. Pinjam duit pada orang lain untuk bisnis saya kira sah-sah saja. Bahkan sering saya menyarankan, walaupun punya duit sebaiknya jangan dipakai duit sendiri untuk bisnis. Kalau kita punya duit atau modal, tapi kita tidak ahli di bidang bisnis yang akan kita jalankan, saya rasa kita bisa saja pakai jurus BOTOL. Singkatan apa pula ini? Berani, Optimis, Tenaga, Orang, Lain. Artinya selain kita tetap punya keberanian dan optimis, kita pun bisa memakai tenaga orang lain atau kita bisa mencari orang yang ahli di bidangnya sehingga bisnis kita bisa jalan. Pendeknya tak harus bisnis itu kita jalankan dengan tenaga sendiri. Kalau ide bisnis pun ternyata tidak punya, maka jurus BOBOL bisa kita lakukan. Singkatan Berani, Optimis, Bisnis, Orang, Lain. Jadi kita harus berani dan optimis dalam melalui bisnis dengan meniru bisnis orang lain. Nah, kenapa kita merasa sulit dan tak berani memulai bisnis, padahal setiap saat kita memiliki keberanian masuk kamar mandi. Kita masuk kamar mandi tanpa banyak berpikir. Kalau lantas airnya kurang hangat atau terlalu dingin, kita juga bisa mengaturnya. Seperti halnya bisnis kalu bisnis yang kita jalankan kurang berkembang, kita bisa atur. Bisa kita perbaiki mana yang kurang. Dan kalapun kita tak punya modal, tak punya keahlian atau tak punya ide, maka bisa saja memanfaatkan punya orng lain. Tapi yang penting, bisnis kita tetap jalan. Justru kekurangan bisnis kita disana sini akan membuat kita dewasa dalam berbisnis. Jiwa entrepreneur kita pun akan semakin berkembang. Oleh karena itu, bagi kita yang mau memulai bisnis tapi tak punya keahlian, atau mungkin juga tak punya ide bisnis, saya sarankan coba saja menerapkan jurus Bodol, Botol, dan Bobol. Anda berani mencoba?

11 Alasan Ber-Investasi EMAS

Posted by Broer in Emas on February 8th, 2010
11 ALASAN mengapa kita harus ber-investasi atau mengkonversikan uang kertas menjadi Emas. 1. Keamanan (Security) Uang di Bank akan hilang secara perlahan oleh karena biaya administrasi, biaya-biaya lainnya, pajak bunga 20%, tingkat suku bunga rendah dan terbatas, jaminan dari pemerintah (LPS) yang terbatas hanya Rp. 100 juta/nomor rekening. Pada Lembaga Investasi lainnya dikenakan biaya broker, administrasi, pajak dan sebagainya. 2. Perlindungan (Protection) Inflasi, deflasi adalah perampok yang tidak kelihatan, masalah klasik yang sudah berabad-abad namun secara perlahan tapi pasti akan mengerosi aset anda. Semakin tinggi laju inflasi Berpengaruh pada semakin tingginya harga emas. Seluruh dunia mengalami inflasi rata-rata 2-3% pertahun, di USA 3 – 4%/th di Indonesia 5 – 6%/th. Menurut data statistik bila inflasi 10% maka harga Emas naik 13%, bila inflasi 20% maka harga Emas naik 30%, bila inflasi 100% maka harga Emas naik 300%. Jika di Indonesia rata-rata inflasi 6%/th maka dapat dipastikan harga Emas 5 tahun mendatang setidaknya naik 50% dari harga saat ini, bandingkan dengan deposito yang hanya 30%/ 5th dikurangi pajak. Anda menyimpan uang di bank-bank tertentu untuk deposito dengan bunga 5%/th minimal Rp. 5 juta, dibawah Rp. 5 juta tidak bisa deposito dan bunganya 1-2 %/th, saldo dibawah Rp. 1 juta bunganya 0 %. Tetapi dengan Rp. 1 juta anda bisa mengkonversikan pada Emas seberat 3,5 gram yang nilai kenaikan setahunnya (sejak tahun 2001) kisaran 20-37% Sebagai ilustrasi, awal tahun 1997 harga motor bebek baru (Honda) sekitar Rp. 4.600.000 yang setara dengan 200 gram Emas (Harga Emas Rp 23.000/gram), tahun 2008 nilai 200gr Emas +/- Rp. 55.000.000, anda bisa membeli tiga motor bebek (Honda) seharga @ Rp. 15.000.000 atau mobil. Jika Rp 4.500.000 didepositokan berapa nilainya sekarang? dengan asumsi 10% per tahun maka 11 tahun kemudian hanya Rp. 9.660.000 saja (belum dikurangi pajak bunga 20%). Ilustrasi kedua yaitu mengenai biaya haji, sejak tahun 1960 ongkos naik haji itu berkisar antara 250-300 gram Emas dan sampai saat ini pun tidak berubah jumlah 200-300 gram Emas cukup untuk naik haji. 3. Mudah Dicairkan (Liquiditas Tinggi) Investasi properti, deposito, saham, obligasi, kendaraan, karya seni memerlukan waktu lebih dari satu hari untuk dicairkan karena pembeli dan peminatnya terbatas dan nilainya pun ada kemungkinan menyusut oleh inflasi, brokers fee, tax dan administrasi, tetapi dengan Emas dapat segera dicairkan di ribuan Toko Emas, Pegadaian, Lembaga Leuangan (sebagai jaminan) dengan mudah dan nilainya mengikuti harga pasaran internasional yang terus menguat. 4. Menguntungkan (Profitable) Nilai Emas itu stabil dan cenderung menguat nilainya. Emas cocok untuk disimpan jangka menengah-jangka panjang. Tahun 2001 harga Logam Mulia .9999 rata-rata US$ 272 / troy ounce = 31,103 gram. Sekarang Januari 2010 dikisaran US$ 1000-1100 / troy ounce bahkan sempat menyentuh US$ 1200 / troy ounce seiring dengan kenaikan harga minyak dunia. 5. Mudah Dipindahkan (Portable) Membawa/memindahkan aset/uang tunai Rp 300.000.000 atau US$ 29.900 memerlukan tempat yang besar dan sangat tidak praktis, beresiko tinggi, dapat dengan mudah dilihat/diketahui orang. Namun dengan 1.000 gr atau 1 kg Emas ukurannya tidak lebih dari sebungkus rokok yang pas disaku anda. 6. Tahan Lama (Durable) Properti, Kendaraan, Surat-surat Berharga, Karya seni akan terbakar, terendam air atau terkena bencana alam, maka nilainya akan hilang sama sekali. Emas tahan terhadap segala kondisi cuaca, anti karat, asam, air bahkan api sekalipun meski melumer (di atas 1083 c) dia tetap Logam Mulia (Emas) dan tetap bernilai hanya bentuknya saja berubah namun kemurnian dan massanya tetap. Pada bencana gempa 2009 di Padang, banyak sekali masyarakat di sana yang bisa pulih dgn cepat, salah satunya karena masyarakat di Padang punya tradisi menabung Emas. 7. Kepemilikan dan Pengelolaan sendiri (Ownership & Stewardship ) Aset kita disimpan atau dititipkan kepada orang lain atau lembaga keuangan, ketika kita memerlukannya secara mendadak/emergency, kadang kita sulit memperolehnya. Proses pencairannya bisa sampai lebih dari 7 hari kerja. Anda yang membeli Emas, Anda yang mempunyainya, Anda yang menyimpan dengan baik dan benar (safe deposit box/di bank, brankas di tempat rahasia/tersembunyi di dalam rumah) bukan disimpan kepada orang lain. Ibarat Anda mempunyai mobil tetapi kuncinya dipegang oleh orang lain maka Anda tidak bisa mengontrol mobil Anda. Atau Anda pergi naik kapal pesiar, Anda pasti memperoleh/life jacket dan kartu tanda buktinya. Tanpa bisa diprediksi terjadi bencana, kapal pesiar itu tenggelam, Anda perlu life jacket yang akan menyelamatkan nyawa Anda bukan kartu tanda bukti kepemilikan life jacket. 8. Sangat pribadi (Privacy) Asset dalam bentuk Properti, Kendaraan, Surat-surat Berharga, Rekening Bank, Rekening Koran, Obligasi, Deposito, Saham, Bond, Options, Electronic gold, Hak Paten Merek & Logo, Copyright, Golden Account, dan sebagainya dapat diketahui, dilacak dan diprediksi nilainya oleh pihak lain. Bahkan harus dilaporkan kekayaannya. Mungkin Anda tidak nyaman apabila aset Anda dapat diketahui pihak lain. Sekarang Anda punya Emas berapa gram? berapa kilo? Hanya Anda saja yang mengetahuinya dan orang lain yang Anda beri tahu. 9. Resiko rendah (Low Risk) Emas tidak ada biaya penyusutan nilai, hanya beban untuk biaya safe deposit box jika disimpan di bank. Nilai emas untuk jangka pendek berfluktuasi namun sejak 7 tahun terakhir nilainya terus menaik, lebih dari 260% atau 37.5%/tahun dan akan terus naik. Resiko terburuk dari Investasi Emas yaitu hilang (jika menyimpannya tidak benar) dicuri atau dirampok, namun ini pun kemungkinannya kecil sekali 10. Bebas Pajak dan Administrasi (Tax & Admin Free) Properti, Kendaraan, Obligasi, Saham, Karya Seni, Bunga Bank dan lainnya dikenakan berbagai macam pajak dan biaya administrasi rutin. Semakin banyak aset Anda semakin tinggi pula pajak dan biaya-biaya. Belum lagi biaya perawatan, penyusutan nilai harta dan biaya tak terduga. Namun tidak pada Emas, If you choose fine gold, fee become free. 11. Keindahan dan Kebanggaan (Beauty & Pride) Kemilau kuning warna emas telah mewarnai sejarah umat manusia, sebagai lambang kemakmuran, kejayaan, kekayaan, kehormatan, kemurnian dan keindahan yang bernilai seni tinggi pada berbagai bentuk perhiasan, artefak, koin, batangan/lantakan, peralatan dan perlengkapan yang dapat dijadikan collector items. Anda dapat menikmati sendiri aset atau koleksi emas murni 24k dengan rasa bangga dan puas. Aset ini dapat diwariskan pula.

 

Karier Entrepreneur

Sep.20, 2009 
Peter F. Ducker berpendapat, bahwa setiap orang dapat saja berkarier menjadi entrepreneur. “Tidak ada yang misterius”, begitu katanya. Mungkin saja, kehidupan entrepreneur itu lebih mudah beberapa tahun yang lalu. Di mana, membuat tetangga sebagai pelanggan begitu mudah. Tapi saya rasa, sekarang sudah beda. Tuntutan pasar semakin banyak, dan kualitas pun harus kita tingkatkan. Begitulah jika kita ingin hidup. Tapi saya yakin, jika saat kita mau menekuni karier sebagai entrepreneur prospeknya sangat bagus dan sangatlah luas. Artinya, kita bisa kapan saja memulai bisnis. Dan, kita bisa jual produk atau jasa apa pun. Sedang, berapa jenis usaha yang bisa kita lakukan, tentu saja juga tergantung kemampuan kita. Namun, dari sebuah survey mengungkapkan, bahwa rata-rata sekitar 44% entrepreneur yang terjun dalam dunia bisnis selama lebih dari 6 tahun, telah memiliki beberapa jenis bisnis yang tidak saling berhubungan atau tumpang tindih. Sementara 35% lagi entrepreneur hanya memiliki satu jenis bisnis, dan 21% lagi memiliki beberapa jenis bisnis yang masih ada hubungan atau rangkaian. Lantas bagaimanakah agar kita bisa menjadi entrepreneur yang sukses? Dari berbagai pengalaman, saya melihat, bahwa ada 4 karakter seseorang bisa menjadi entrepreneur sukses, yaitu Pertama, adanya keinginan. Di mana, dia menggunakan keinginannya untuk sesuatu yang besar dari hal yang kecil. Selain itu juga ada keinginan membuat sesuatu yang belum ada sebelumnya, dan melakukan keinginan sesuai dengan cara yang ingin mereka lakukan. Kedua, adanya intuisi. Kesempatan untuk jadi entrepreneur adalah sama untuk setiap orang. Tidak ada tes IQ. Bahkan, jika jika kita tidak pintar pun tidak menghalangi untuk jadi entrepreneur. Artinya, setiap entrepreneur yang sukses adalah mereka yang telah belajar mengembangkan intuisinya. Ketiga, dia punya kesempatan untuk terus hidup walau punya utang. Jadi, semua entrepreneur telah bertahan melewati kariernya yang naik turun. Mereka pernah sukses, pernah gagal. Pernah menghasilkan uang, atau kehilangan uang, dan lain-lain. Bahkan, utang pun selalu ada di setiap bisnisnya. Saya rasa, ini adalah kenyataannya. Sebab, bagaimanapun seorang entrepreneur harus belajar beradaptasi dengan utang. Keempat, Selalu optimis. Misalnya saja, ada peluang bisnis, namun karena ada alasan yang lebih logis, peluangnya itu tidak dikejarnya. Sebab, ia telah mempertimbangkan dengan intuisinya, dan menutupinya dengan optimisme. Jadi, menurut saya, entrepreneur itu adalah pencipta sekaligus pelaku bisnis. Dia membuat hidupnya dengan mengatasi berbagai alasan untuk tidak mengejar peluang bisnis, dan kemudian meyakinkan orang lain untuk mengikuti caranya. Oleh karena itu, menurut saya, kalau kita memang ingin sukses berkarier sebagai entrepreneur, maka pastikan saja kita memiliki ke-4 karakter tersebut. Dan, sebaiknya jangan pernah kita merasa ragu untuk melangkah. Anda berani mencoba?

 

 

Belajar Bisnis Sambil Jalan

May.03, 2009.
Saya sependapat kalau ada yang mengatakan, bahwa untuk meraih sukses bisnis, kita bisa meniru sukses orang lain, apakah itu strateginya, atau pilihan usaha yang dilakukannya. Selain itu, saya ingin menambahkan, bahwa untuk kita bisa menjadi pengusaha, sesungguhnya tidak harus punya pengalaman bisnis yang mumpuni dulu. Logikanya adalah, kalau kita tunggu sampai punya pengalaman bisnis yang mumpuni, lantas kapan kita akan memulai usaha? Dari pengalaman saya sendiri, maupun pengalaman pengusaha Bob Sadino, juga pengalaman pengusaha-pengusaha lain, bahwa sesungguhnya pengalaman bisnis yang mumpuni itu bisa kita raih sambil menjalankan bisnis kita. Maka, kita ingin memulai usaha, ada baiknya jangan banyak pikir atau pakai rencana yang muluk-muluk. Yakinlah, bahwa dalam bisnis bisa saja berubah, dan itu bisa kita tangani sambil jalan. Hanya saja, mungkin ketakutan kita bisa sementara ini justru karena kita terlalu siap, terlalu banyak yang dipikir, bahkan terlalu takut pada risiko bisnis. Padahal, menurut saya, dalam praktis bisnis, yang terjadi sesungguhnya banyak berbeda dengan apa yang pernah dipikirin. Sehingga tak mengherankan kalau kita kemudian banyak menemukan jalan keluar untuk mengatasi semua kesulitan bisnis yang kita alami. Jadi, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk memulai usaha karena alasan pengalaman bisnis kita terbatas. Katakanlah, dengan kita piawai menarik pelajaran dari setiap kejadian, saya yakin hal itu justru membuat kita tambah piawai dalam bisnis. Dan, kalau kita lihat di lapangan, banyak usaha yang ternyata dimulai dengan nol. Misalnya, uang tidak punya, itu bisa diatasi dengan pinjam orang lain. Kemudian pengalaman bisnis tidak punya bisa tanya pada orang lain. Bahkan ide pun tak punya, bisa pakai ide orang lain. Begitu juga tempat usaha yang tak ada, dan masih banyak lagi. Apa artinya semua itu? Artinya, kita bisa menggunakan “kepunyaan” orang lain. Justru dari keadaan semacam inilah, akan membuat kita mendapat banyak pelajaran dalam bisnis. Pemikiran itu menurut saya hal yang paling penting untuk memulai bisnis. Oleh karena itu, menurut saya, sesungguhnya belajar bisnis sambil jalan atau jalan sambil belajar, di dunia usaha itu sama saja, yang penting kita telah berusaha dengan memulai usaha. Menuru Bob Sadino dengan melangkah seperi itu, Paling tidak sudah selangkah lebih maju dalam bisnis. Kita tidak lagi hanya berjalan di tempat, yang berarti tidak ke mana-mana atau tidak melakukan bisnia apa pun. “Saya sukses karena saya melangkah. Bukan menangan-angankan langkah,” kata Bob Sadino yang juga memulai usaha dari nol. Tentu saya pendapat dengan Bob, yang kini memiliki banyak supermarket dalam group Kem Chik’s itu. Artinya, dengan melangkah, maka ada kemungkinan kita sukses, di samping ada pula kemungkinan gagal. Namun dengan tidak melangkah, maka kita tidak pernah akan sukses. Maka tak ada salahnya kita belajar bisnis sambil jalan.

 

Berani Dulu, Baru Terampil…

Apr.11, 2009  
Saat saya berbicara pada kuliah kewirausahaan di Fakultas Ekonomi sebuah universitas swasta di Yogyakarta, saya sempat ditanya para mahasiswa: “Apakah seorang untuk menjadi pengusaha itu harus memiliki keterampilan dulu?” Saya rasa, ini pertanyaan bagus. Pertanyaan yang sama pernah juga hinggap dibenak saya, yaitu saat saya baru memulai menjadi pengusaha. Saat pertanyaan ini saya balikkan pada mereka, ternyata sebagian besar mahasiswa mengatakan: “Perlu terampil dulu, baru berani memulai usaha. Saya rasa jawaban mereka tidak bisa disalahkan. Meraka cenderung menggunakan otak rasional. Padahal menurut saya, untuk menjadi pengusaha, kita harus berani dulu memulai usaha, baru setelah itu memiliki keterampilan. Bukan sebaliknya, terampil dulu, baru berani memulai usaha. Sebab, saya melihat di Indonesia, ini sebenarnya banyak sekali pengangguran yang tidak sedikit memiliki keterampilan tertentu. Namun, mereka tidak punya keberanian memulai usaha. Akibatnya, keterampilan yang dimiliki apakah itu diperolehnya saat sekolah atau bekerja sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak dimanfaatkan. Itu kan sayang sekali. Seperti yang saya alami sendiri, saat membuka restoran Padang Sari Raja. Saya katakana pada mereka, bahwa terus terang tidak bisa membuat masakan padang yang enak. Saya penikmat masakan padang. Tetapi saya tidak tahu bumbunya apa saja yang membuat masakan tersebut enak. Saya katakan pada mereka: “Saya bisanya hanya nggodog wedang atau merebus air. “Itu artinya apa? Saya bisa punya usaha restoran, karena saya punya keberanian”. Begitu juga, saat saya dulu membuka usaha Bimbingan Belajar Primagama. Saya belum pernah mengajar atau menjadi tentor di tempat lain. Bahkan saya belum pernah menjadi karyawan di perusahaan orang lain. Namun, saya memberanikan diri untuk membuka usaha tersebut. Sebab, saya berpendapat, kalau kita tidak punya keterampilan, maka banyak orang lain yang terampil di bidangnya bisa menjadi mitra usaha kita. Oleh karena itu bagi saya, yang terpenting adalah keberanian dulu membuka usaha. Apapun jenisnya, apapun namanya. Sebab, sesungguhnya, untuk menjadi pengusaha, keterampilan bukan segala-galanya. Tetapi keberanian memulai usaha itulah yang harus kita miliki terlebih dahulu. Banyak contoh, orang yang sukses menjadi manajer, tapi ternyata belum tentu sukses sebagai entrepreneur. Sebaliknya, seseorang yang di awal memulai usaha tidak memiliki keterampilan majerial, tetapi ia memiliki keberanian memulai usaha, banyak yang ternyata berhasil. Orang jenis terakhir ini selain memiliki keberanian, juga mengembangkan jiwa entrepreneur. Oleh karena itulah saya kira, jiwa entrepreneur harus kita bangun atau kita bentuk sejak awal.

 

Peluang Bisnis Disekitar Kita

Apr.13, 2009.
Dalam buku ini, saya juga ingin mengungkapkan di mana sebernarnya kita bisa menangkap peluang bisnis di sekitar kita. Istilah popularnya Economic of Opportunity (EOO). Saya kira ini penting. Oleh karena peluang bisnis itu sebenarnya ada di sekitar kita. Referensinya juga bisa didapat dari lingkungan kita juga dari membaca, mendengar cerita orang lain, seminar, jalan-jalan, atau wisata. Ini dapat membangkitkan inspirasi dan ide-ide bisnis serta pengembangannya. Namun untuk menangkap peluang di butuhkan keberanian, kejelian, dan kreativitas bisnis. Sebenarnya di sekitar kita ini banyak sekali macam bisnis yang bisa diraih. Hanya saja, kita harus betul-betul memahami kebutuhan masyarakat konsumen. Sebagai contoh, di beberapa kota di Amerika Serikat, sudah banyak bisnis yang dikembangkan dari ide-ide sederhana seperti bisnis membangunkan orang tidur (morning call). Aneh, tapi itu nyata. Tentu pengguna jasa ini harus menjadi member terlebih dahulu dengan membayar annual fee dalam jumlah tertentu. Ada juga bisnis yang ada di sini masih langka dan belum memasyarakat yakni menyewakan pakaian & perlengkapan bayi. Barang kali sekarang ini belum banyak yang kita temukan. Namun, saya yakin jika kreatif akan mampu melihat peluang bisnis sebanyak-banyaknya dan mampu menangkap satu atau dua diantaranya. Pendek kata, peluang bisnis tidak akan pernah ada habisnya, selama minat manusia masih menjalankan hajat hidupnya di dunia ini. Dimana saja sebenarnya peluang bisnis ada di sekitar kita? Misalnya, saat Idul Fitri yang membawakan tradisi kirim mengirim parcel & buah tangan lainnya, walau itu sifatnya musiman, namun saya melihat itu adalah peluang bisnis. Awalnya musiman, tetapi bila dikembangkan dan ditekuni dapat dijadikan bisnis permanen bersama berkembangnya kehidupan masyarakat. Keterampilan tertentu juga bisa dijadikan peluang bisnis. Terampil di bidang elektronika misalnya, bisa membuka bisnis reparasi dan maintenance alat-alat elektronik. Ahli di bidang komputer bisa membuka bisnis software dan hardware. Terampil di mesin, bisa memulai bisnis dari servis motor atau mobil. Atau barang kali, punya kreativitas yang berciri khas dan unik, kita bisa merintis kreatif, seperti kaos Dagadu itu. Bahwa produk ini akhirnya jadi souvernir khas Yogya, itu sebagai bukti bahwa kreativitas bisa jadi peluang bisnis yang menarik untuk digeluti. Maka, tidak ada salahnya, jika kita juga mencoba mengembangkan kreativitas yang tidak lazim dan unik, agar bisa dijadikan peluang bisnis. Tingkat pendidikan kita juga bisa menjadi peluang bisnis dengan pengembangan profesi. Misalnya sarjana matematika. Sarjana Sastra Inggris memulai usaha dengan membuka kursus bahasa inggris. Peluang bisnis ini juga ada di lingkungan keluarga. Bisa dimulai dengan berbisnis makanan atau catering dan keluarga bisa diajak serta, dan bisnis ini bisa dikelola dari rumah. Peluang itu juga terdapat di lingkungan pekerja, organisasi, dan tetangga. Tentu saja, di lingkungan itu kita banyak teman. Maka, jika punya produk tertentu, kita bisa jual produk tersebut kepada mereka. Bahkan relasi kita pun bisa jadi peluang bisnis. Misalnya, bisa pinjam uang pada relasi untuk modal usaha. Produk yang dihasilkan, selain bisa di jual pada orang lain, juga pada relasi kita itu. Dengan begitu, kita tak hanya jeli mencari peluang bisnis, tapi juga mampu menciptakan pasar. Begitu pula, jika punya hobi. Misalnya melukis, bia jadi pelukis dan lukisan itu bisa kita jual di galeri. Bagi yang hobi senam aerobic atau body language, bisa berwirausaha buka studio senam. Bahkan, peluang bisnis itu juga bisa diraih saat kita melakukan perjalanan ke luar kota. Ide bisnis bisa muncul setelah kita melihat bisnis di kota lain, dan itu bisa dijalankan tidak sia-sia, ada baiknya pastikan dulu pasarnya. Tapi, tentu, peluang bisnis itu hanya bisa diraih, jika kita jeli dan gigih. Ingat pepatah yang mengatakan: “Tidak ada usaha, tidak ada hasil”. Oleh Karena itu, sebaiknya jangan ragu di dalam setiap meraih peluang bisnis yang ada di sekitar kita. Soal besar kecilnya peluang jangan jadi masalah. Tangkap dulu peluang yang ada. Dan, jangan khawatir peluang bisnis yang berikutnya pasti akan mengikuti. Bisnis itu selalu mengalir, seperti bola salju, dimulai dari yang kecil lalu menggumpal menjadi besar.

Sukses Itu Guru Yang Buruk

Sep.06, 2009.
Robert T. Kiyosaki dalam bukunya “Cash Flow Quadrant” berpendapat, bahwa sebenarnya sukses itu guru yang buruk. Tapi itu berlaku untuk diri kita sendiri. Artinya, sebagai Entrepreneur, kita memang sebaiknya tidak berguru pada kesuksesan kita sendiri. Sebab, hal itu akan membuat kita menjadi kurang bersemangat, menjadi tidak kreatif, menjadikan kita lengah atau sombong, menjadikan kita lupa diri, bahkan tak menutup kemungkinan kesuksesan yang kita raih akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Sukses itu, menurut saya, bukan berarti “waktunya untuk menikmati”. Memang, kesuksesan kita itu bisa menjerumuskan kita. Apalagi, kalau kita terlalu membanggakan kesuksesan itu, akan membuat kita lupa diri. Oleh karena itu, agar kesuksesan itu tidak menjadi boomerang bagi kita sendiri, maka kita memang harus pandai-pandai mengelola kesuksesan itu. Namun, tentu saja, orang lain bisa saja belajar dari kesuksesan kita. Itu boleh. Bahkan, itu bisa menjadikan kesuksesan bisnis seseorang. Sebab, pada dasarnya belajar dari kesuksesan orang lain itu sah-sah saja. Pendeknya, kalau seseorang belajar kesuksesan orang lain, itu memang bisa menjadi guru yang baik. Meski kita sebetulnya juga bisa belajar banyak pada orang yang gagal. Dalam konteks inilah, menurut saya, agar bisnis kita tetap langgeng bahkan bisa berkembang lebih baik di masa mendatang, ada kalanya kita harus menyadari hal ini. Atau lebih tepatnya, sebagai entrepreneur seharusnya lebih menilai, bahwa kegagalan itu sebetulnya sebagai pelajaran yang terbaik. Oleh karena itulah, saya kira kita sebaiknya janganlah terlalu takut dengan kegagalan. Kita belajar paling banyak tentang diri kita ketika gagal, jangan takut gagal. Sebab kegagalan itu sebenarnya adalah proses kita untuk menjadi sukses Saya yakin, yang namanya entrepreneur itu sebetulnya tidak bisa sukses tanpa mengalami kegagalan. Untuk itu, pada saat kita ingin memulai bisnis atau di saat bisnis kita mulai berkembang, tapi kemudian tiba-tiba bangkrut atau mengalami kegagalan, saya kira hal itu janganlah membuat kita patah semangat. Justru, saat itulah jiwa entrepreneur kita harus bangkit kembali. Sebab, menurut pengalaman saya dan rekan pengusaha lainnya, merek baru sukses, setelah mereka pernah mengalami kegagalan paling tidak sampai tujuh kali. Kalau kita baru gagal dua atau tiga kali, saya kira itu wajar-wajar saja bagi seorang Entrepreneur. Mestinya, entrepreneur tidak akan pernah mendapatakan pelajaran tanpa melakukan langkah-langkah yang berarti. Baik itu langkah yang gagal maupun itu yang sukses. Langkah-langkahnya dimulai dari langkah kecil sampai langkah besar. Dengan perkataan lain, saya mengatakan sebuah perjalanan 1.000 km itu sebenarnya dimulai dari langkah kecil. Kalau kita tidak berani memulai atau mengambangkan bisnis, atau kapan bisnis kita berkembang. Saya menemukan kata-kata menarik buat kita renungkan bersama yaitu, “Memulai itu melangkah tidak memulai”. Artinya, orang yang berani memulai atau mengembangkan bisnis, itu lebih baik daripada orang yang sama sekali tidak berani memulai atau mengembangkan bisnis.

Gagal Itu Harus…

Posted by Broer in Motivasi on September 24th, 2009
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan oleh orang untuk tidak memulai bisnis sendiri adalah takut-takut gagal. Ini saya kira paradigma yang kurang tepat, karena kegagalan adalah sesuatu untuk dipeluk dan dirayakan. Kegagalan adalah salah satu komponen jungkir balik paling penting dalam memulai bisnis sendiri dan menjadi kaya: Gagal dulu, jadi gagal itu harus…. Ada banyak sekali pembenaran untuk sudut pandang yang mengejutkan ini. Jude Wanniski, seorang ekonom politsi, menulis, “Semua keberhasilan adalah buah kegagalan. Perlu berkali-kali usaha untuk berhasil  sebelum keberhasilan di raih. Bayangkan saja, berapa kali seorang anak gagal berusaha makan dengan sendok sebelum berhasil, apalagi dengan pisau dan garpu. Sukses, yang pasti, lebih baik dibanding gagal, tapi sukses pun tak akan mungkin ada tanpa gagal.” Majalah Business Week mengangkat tema ini daam satu artikelnya belum lama ini, “Bagamana Kegagalan Melahirkan Keberhasilan”. “Setiap orang takut gagal,” tulis majalah tersebut. “Akan tetapi, terobosan juga lahir dari kegagalan. Perusahaan-perusahaan terbaik merangkul kegagalan dan belajar dari sana”. Memang semua perusahaan terkemuka pasti pernah gagal, tapi contoh terbaik merayakan kegagalan datang dari pesta yang digelar oleh Intuit, Inc. “Intuit baru saja serayakan sebuah kampanye pemasaran berani, yang gagal,” tulis BusinessWeek. “Perusahaan ini belum pernah menyasar wajib pajak, dan di tahun 2005 berusaha merangkul mereka lewat sebuah usaha yang gagal untuk menggabungkan kampanye menjadi wajib pajak dengan gaya hip-hop. Lewat situs Web bernama www.RockYourRefund.com, Intuit menawarkan diskon kepada kalangan muda untuk menelusuri situs Expedia Inc. Dan pengecer Best Buy serta fasilitas mentransfer pengembalian pajak langsung ke kartu Visa prabayar yang diterbitkan oleh raja hip-hop Russell Simons. “Proyek tersebut gagal total. Apa yang dilakukan ketua Intuit terhadap tim yang gagal tersebut? Menurut artikel tadi, “Didepan sekitar 200 orang pemasar Intuit, tim tersebut menerima penghargaan dari ketua Intuit Scott Cook. ”Sang ketua menyadari bahwa untuk sukses, Anda harus gagal sesekali, dan pertanyaan yang harus diajukan, adalah, apa yang dapat saya lanjutkan agar lebih baik?
Ingat! Hanya kegagalan yang menjadi keberhasilan. Kegagalan bukan suatu pilihan-melainkan bagian dari proses anda berhasil.
Berani gagal bukan hanya ditunjukan oleh perusahaan-perusahaan terbesar di Amerika. Kegagalan juga bagian tak terpisahkan dari kesusesan berwirausaha. Debbi Fields, pendiri Mrs. Fields Cookies, mengatakan, “Yang penting adalah tidak takut mengambil resiko. Ingat, kegagalan terbesar adalah tidak mencoba.” Akan tetapi, masih ada elemen kegagalan yang lebih penting dibanding kegagalan itu sendiri, yakni, mundur dan tak pernah mencoba lagi…. Jadi, anda gagal pada usaha terakhir untuk lolos sebuah tes, mengurangi berat badan, mendapat pasangan kencan, melalui sebuah usaha-lalu apa? Fatal jika anda tidak mau lagi berusaha. “Kegagalan tidak dihitung,” kata motifator Frank Burford. “Jika menerimanya, anda akan berhasil. Yang menyebabkan sebagian besar orang gagal adalah setelah sebuah kegagalan, mereka berhenti berusaha”. Jadi, jika anda pernah memulai sebuah usaha dan gagal, bagus! Anda mendapatkan pelajaran berharga dan sekarang menjadi salah seorang anggota sebuah klub bergengsi, bersama semua orang sukses lainnya… Posted by Broer in Inspirasi Bisnis on April 20th, 2009. Mulailah dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah mimpi dan keyakinan akan produk yang akan kita tawarkan. A dream is where it all started. Pemimpilah yang selalu menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk, cara pelayanan, jasa, ataupun idea yang dapat dijual dengan sukses. Mereka tidak mengenal batas dan kerterikatan, tak mengenal kata ‘tidak bisa’ ataupun ‘tidak mungkin’. STEP 2, LOVE The Products or Services Cintailah produk anda. Kecintaan akan produk kita akan memberikan sebuah keyakinan kepada pelanggan kita dan membuat kerja keras terasa ringan. Membuat kita mampu melewati masa-masa sulit. Setiap awal usaha selalu akan ada banyak halangan ataupun kesulitan yang bertubi tubi, kecintaan akan produk kita yang akan membuat kita bekerja keras dengan senang hati. Enthusiastism and Persistence: Antusiasme dan keuletan sebagai pertanda cinta dan keyakinan kita akan menjadi tulang punggung keberhasilan sebuah usaha yang baru. STEP 3, Learn The BASICS of BUSINESS. Pelajarilah fundamental business. : BEYOND THE *buy low, sell high, pay late, collect early. Tidak akan ada sukses tanpa sebuah pengetahuan dasar untuk business yang baik, belajar sambil bekerja, turut kerja dahulu selama 1-2 tahun untuk dapat mempelajari dasar-dasar usaha akan membantu kita untuk maju dengan lebih baik.Carilah -guru- yang baik. STEP 4, Willing to Take CALCULATED RISKS. Ambilah resiko. The gain that you will be able to achieve is directly proportional to the risk taken: Berani mengambil resiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia wirausaha, karena hasil yang mungkin dicapai akan proporsional terhadap resiko yang diambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik-baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Dan inilah faktor penentu yang membedakan entreprenneur dengan manager. Entrepreneur lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, dan manager dibutuhkan untuk mengatur perusahaan yang telah maju. STEP 5, Seek Advice, But Follow Your Belief. Carilah nasehat dari pakarnya, tapi ikuti kata hati kita. Consult Consultants, ask the experts, but follow your hearts. Entrepreneur selalu mencari nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat diputuskan dengan “indera ke enam” nya. STEP 6, Salesmanship and Customer Understanding. Komunikasi yang baik dan kepiawaian menjual. Pada fase awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci-sukses. Dan kemampuan untuk memahami dan menguasai hubungan dengan pelanggan akan membantu mengembangakan usaha pada fase itu. STEP 7, Work HARD, 7 Days a Week, 18 Hours a Day. Kerja keras. Ethos kerja keras sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi hard-work and smart-work tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Hampir semua successful start-up butuh workaholics. Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerjanya, pada saat tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan businessnya. Me-lamun-kan dan memimpikan kerjanya. STEP 8, Make Friends As Much As Possible. Bertemanlah sebanyak-banyaknya. Pada harga dan kwalitas yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit lebih mahal, orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasehat, membantu menolong pada masa sulit. STEP 9, Deal With FAILURES. Hadapi kegagalan Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan mempertajam intuisi dan kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidaklah mematikan. Setiap usaha selalu akan mempunyai resiko kegagalan dan bilamana sampai itu terjadi, bersiaplah dan hadapilah! STEP 10, Just Do It, NOW! Lakukanlah sekarang juga. Bila Anda telah siap, lakukanlah sekarang juga. Manager selalu melakukan: READY-AIM-SHOOT, tetapi entrepreneur sejati akan melakukan READY-SHOOT-AIM!. Putuskan dan kerjakan sekarang, kerena besok bukanlah milik kita.

Modal 50jt Untung 500jt !!!

Posted by Broer in Featured Articles, Property on April 22nd, 2009.
Nggak mungkin!! Itu komentar banyak orang, mungkin termasuk Anda. Betulkah tidak mungkin? Bagi mereka yang belum pernah masuk ke bisnis Properti pasti menjawab tidak mungkin, namun bagi yang sudah menjalankan bisnis ini…hmm hal itu biasa saja, bahkan sangat biasa. Inilah dahsyatnya bisnis Properti, tidaklah heran apabila bisnis ini menjadi tumpuan hampir semua konglomerat. Coba silahkan teliti, konglomerat mana yanf tidak ikut bermain di bisnis ini? Hampir tidak ada… Baiklah, kita bahas bagaimana kasus di atas bagaimana bisa terjadi. Sebutlah seseorang bernama Andy, ia rajin sekali mencari tanah yang mau di jual, entah di koran maupun yang di jalanan. Suau hari ia melihat iklan koran yang sudah sering muncul selama lebih dari 6 bulan, di jual tanah di daerah Cisaranten Bandung seluas 2000 m2 dan hendak dijual Rp 500.000/m2 jadi total 1 Milyar. Andy tahu harga itu sudah sejak lama, karena sebelumnya sempat tanya-tanya. Tapi sampai 6 bulan lebih ternyata tidak laku-laku, kalau bicara lokasi bagus dan cukup strategis, cuma menurut broker properti nya yang punya minta dibeli semua alias cash. Hari gini, nyari orang yang mau beli tanah dan punya uang 1 Milyar bukan perkara gampang… Ahirnya Andy coba hubungi kembali broker tersebut lalu…minta di ketemukan sama pemilik/penjual nya langsung dan kali ini ternyata bisa (sebelumnya susah, nggak di kasih ma brokernya…). Hebat si Andy ini, punya banyak uang? TIDAK… di tabungannya cuma punya Rp 50jt… Yang punya tanah ternyata sorang pensiunan yang hobbynya mancing (di Rumahnya banyak sekali peralatan mancing)… Andy langsung pake jurus persamaan-nya Tung Desem… bicara banyak tentang mancing. Langsung suasana jadi akrab, giliran bicara soal tanah, Andy mengemukakan ketertarikannya… ia katakan sangat tertarik dengan tanah tersebut walaupun dana yang ia punyai tidak banyak. Tiba-tiba muncul anak kecil pulang sekolah… “Ini cucunya om?”, kata Andy. “Iya..”, jawab pemilik tanah. “Wah, kebetulan om Andy bawa cokleat dik… suka coklat kan?”, lanjut Andy sambil memberikan sebatang coklat unik pada Anak itu, yang memang selalu ia siapkan kalau mau nego tanah. “Waduh, dik Andy nggak usah ngerepotin, jangan dibiasakan”, pemilik tanah berusaha mencegah. “Nggak apa-apa om, kebetulan saja saya bawa”, jawab Andy. Apa yang terjadi, mereka ngobrol akrab sekali seolah-olah sudah berteman lama. Hari pertama tidak terjadi deal apa-apa, mau deal gimana yang banyak diceritain soal mancing koq… tapi suasana ke akraban sudah terjalin sangat cair… Dua hari kemudian (dengan perjanjian) Andy datang lagi, kali ini bawa oleh-oleh roti JCO. Dipertemuan kali ini Andy mengajukan penawaran sebagai berikut: Pertama, Tanah tidak ia tawar, semua pajak dan semua biaya yang muncul termasuk (broker) menjadi tanggungan Andy. Kedua, Pembayaran dilakukan bertahap sebagai berikut:
  1. Bulan Ke-1 Rp 10jt, sebagai tanda jadi dan Sertifikat diserahkan kepada Notaris yang ditunjuk bersama untuk diperiksa/cek ke BPN. Kemudian dibuat pengikatan dan perjanjian didepan notaris. Tidak ada akte jual beli dulu, hanya pengikatan sementara.
  2. Bulan Ke-2 Rp 10jt, Pembayaran ke-2 ini bisa dilakukan setelah Notaris menyatakan bahwa Sertifikat telah di cek ke BPN dan tidak ada masalah. Dan Andy diizinkan untuk mengolah tanah tersebut mulai dari pembersihan, pematangan dan sebagainya yang diperlukan.
  3. Bulan ke-3 Rp 15jt
  4. Bulan ke-4 Rp 15jt
  5. Bulan ke-5 Rp 25jt
  6. Bulan ke-6 Rp 125jt
  7. Bulan ke-7 Rp 150jt
  8. Bulan ke-8 Rp 200jt
  9. Bulan ke-9 Rp 450jt
Ketiga Dengan Syarat dan kondisi sebagai berikut:
  1. Sertifikat disimpan di Notaris yang ditunjuk, Penjual dan Pembeli tidak dapat mengambil kecuali dengan kondisi tertentu yang akan disebutkan dibawah.
  2. Untuk keamanan dan kenyamanan PENJUAL, Sertifikat TIDAK AKAN DIBALIK NAMA ke pembeli (Andy), jadi Sertifikat tetap atas nama penjual.
  3. Pembeli diijinkan untuk memecah Sertifikat menjadi 10 Sertifikat sesuai dengan Site Plan yang dibuat Pembeli, Sertifikat yang dipecah masih TETAP ATAS NAMA PENJUAL.
  4. Semua Sertifikat tetap disimpan di Notaris dan Pembeli maupun Penjual sama-tidak bisa mengambil KECUALI Pembeli sudah melakukan PEMBAYARAN. Pembeli hanya dapat mengambil Sertifikat SESUAI DENGAN JUMLAH PEMBAYARAN YANG TELAH MASUK KE PENJUAL.
    Jadi, ketika sertifikat di pecah menjadi 10 sertifikat (tanah tsb oleh Andy di kavling menjad 10 kavling @ 160m2, sisanya untuk jalan), maka sekarang setiap sertifikat berharga @ Rp 100jt. Maka, setiap setoran sudah berjumlah Rp 100jt dan kelipatannya, Andy boleh mengambil sertifikat.
Lihatlah cara Andy bernegosiasi, sistem pembayaran dari awal sekecil-kecilnya, kenapa? Untuk menghindari tanah bermasalah, makanya ada klausal setelah bayar 10-20jt pertama diijinkan untuk mengolah tanah (mebersihkan, meratakan dsb…). Jadi, begitu diijinkan Andy langsung membersihkan lahan, jadi selama seminggu lebih setiap hari di tanah tersebut selalu ada orang bekerja… ini memang sengaja dibuat Andy seperti itu, tujuannya… jika tanah tersebut bermasalah… maka pasti ada orang yang protes dan mempermasalahkan kegiatan tersebut… Jadi transaksi tanah tersebut bisa dihentikan segera… dengan cara ini Andy akan terhindar dari kerugian yang besar. Trus untuk biaya pematangan tanah, pembuatan jalan akses dari mana? hehehe… Andy punya temen kontraktor… dia minta temennya itu yang beresin pematangan tanah dan pembuatan jalan. Karena temen, bayaranya bisa ditunda sampai 2-3 bulan. Begitu Notaris menyatakan Sertifikat tidak ada masalah dari BPN (bulan ke-2), Andy langsung membuat Site Plan, Brosur dan memasang Iklan di koran. Di jual Kavling siap bangun luas 160m2 harga mulai Rp 150jt. Bulan ke-2 dan ke 3, Andy sudah bisa menjual 4 kavling!!! 2 buah kavling seharga @ Rp 150jt dan 2 buah lagi @ Rp 175jt. Jadi dibulan ke 4 sudah mengalir cash flow sekitar Rp 500jt, karena setiap penjualan maksimum cuma 90% nya yang 10% lagi nunggu sampai Sertifikat selesai dibaliknama atas nama PEMBELI BARU. Jadi, ketika ada pembeli kavling, pembeli kavling tersebut menandatangani AJB dengan PENJUAL LAMA !! (Ingat Sertifikat kan tidak pernah dibalik nama ke Andy). Disinilah keuntungannya Andy, tidak usah baliknama dua kali yang juga berarti HEMAT PAJAK!!! Dibulan ke 4 ini, Andy sudah bisa bayar kontraktor, bayar tanah lebih besar plus keuntungan. Masuk bulan ke 7 sudah 8 kavling laku dan pada penjual tanah sudah lunas. Bulan ke-8 semua Kavling sudah habis terjual. Dihitung-hitung keuntungan bersih Andy sekitar 500jt !!! selama sembilan bulan. Tidak banyak orang yang punya uang 1 Milyar pengen beli tanah, tapi banyak sekali orang butuh tanah untuk tempat tinggal dan sanggup bayar sampai 100-200 juta. Coba, bisnis apa yang dengan cuma modal Rp 50jt punya dagangan (stok) sampai Rp 1.5 Milyar lebih? Ya cuma bisnis Properti…

Beli Properti, Jangan Sesuai Kemampuan

Posted by Broer in Property on April 7th, 2009.
Begitu kata salah satu Mentor saya… kenapa? Karena properti harganya naik terus dan beli properti ada pihak ke-tiga yang dengan rela mau bantu kita membiayai pembelian properti. Jika Anda memiliki uang 100jt jangan membeli properti yang harganya 100jt. Jadikan saja 100jt itu uang muka, belilah properti yang harganya 300 atau bahkan 1 milyar. Dari mana sisanya, ya dari temen Anda yang banyak uangnya yakni Bank. Coba bayangkan, lima tahun yang akan datang, properti yang Anda beli 100jt nilainya akan menjadi 200 bahkan 300 juta. Sedangkan kalau kita belinya properti seharga 500jt (400jt sisnya uang bank), maka nilai properti tersebut sangat mungkin menjadi 1 Milyar atau bahkan lebih! Memang Anda harus mencicil dan membayar bunga bank…. tapi bunga bank akan kalah oleh pertumbuhan properti itu sendiri. Tidak percaya…??? coba lihat pengalaman saya… Tahun 1998, saya membeli rumah seharga 95jt. Rumah tersebut saya cicil selama 10 tahun. Total cicilan + bunga selama 10 tahun adalah sekitar 180jt. Tahun 2008 yang lalu, nilai rumah saya sudah mencapai 550jt (hasil apraisal dari Bank). Bisa Anda lihat, kenaikan harga rumah jauh melampaui bunga bank yang saya bayarkan. Jadi, saya sering menyarankan pada teman-teman di Entrepreneur University untuk membeli properti tidak sesuai dengan kemampuan. Artinya, gunakan pihak ke-tiga untuk me-leverage kemampuan kita dalam membeli properti. Saran lain, seandainya Anda sanggup mencicil rumah 1jt/bln… coba ambil rumah yang lebih mahal atau ambil kelebihan tanah sehingga cicilannya jatuh di angka 1.2 – 1.4jt/bln. Dari mana sisanya yang 200-400rb, cobalah untuk berjuang mencari sisanya dari penghasilan yang lain. Saya yakin bisa asal ada kemauan, dengan cara menekan pengeluaran dan menambah penghasilan. Mungkin di tahun-tahun awal memang akan terasa berat, tapi 2-3 tahun berikutnya beban tersebut tidak akan terasa lagi oleh Anda. Kalau kata temen saya Jaya Setiabudi, The Power of Kepepet… Berani nggak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar